Bayangan yang Menunggu di Balik Pintu Aula Istana Kemilau Naga berkilauan bagai lautan emas di bawah pantulan ribuan lilin. Namun, kemega...

Cerpen Terbaru: Bayangan Yang Menunggu Di Balik Pintu Cerpen Terbaru: Bayangan Yang Menunggu Di Balik Pintu

Cerpen Terbaru: Bayangan Yang Menunggu Di Balik Pintu

Cerpen Terbaru: Bayangan Yang Menunggu Di Balik Pintu

Bayangan yang Menunggu di Balik Pintu

Aula Istana Kemilau Naga berkilauan bagai lautan emas di bawah pantulan ribuan lilin. Namun, kemegahan itu tak mampu menutupi udara berat yang menggantung di sana. Tatapan para pejabat tinggi, tajam dan penuh perhitungan, laksana bilah pedang yang siap dihunus. Di balik tirai sutra berwarna merah darah, bisikan pengkhianatan mengalir deras, meracuni setiap sudut istana. Di tengah pusaran intrik ini, bersemilah cinta terlarang antara Kaisar Zhao Li dan Permaisuri Selir Mei Lan.

Zhao Li, seorang penguasa muda yang ambisius, terperangkap dalam jaring kekuasaan yang rumit. Setiap keputusannya ditimbang, setiap langkahnya diawasi. Mei Lan, seorang wanita cerdas dan anggun, adalah satu-satunya tempat ia menemukan kedamaian. Namun, cinta mereka bukanlah sekadar pelipur lara. Cinta mereka adalah PERMAINAN TAKHTA.

"Mei Lan," bisik Zhao Li di taman istana yang sepi, tangannya menggenggam erat jemari wanita itu. "Aku bersumpah, aku akan melindungi dirimu."

Mei Lan menatap mata Zhao Li, matanya memancarkan kelembutan, namun terselip pula BAYANGAN KETAKUTAN. "Janji seorang kaisar adalah pedang bermata dua, Yang Mulia. Ia bisa melindungi, namun juga bisa menusuk."

Setiap pertemuan mereka adalah perjudian. Setiap janji adalah pisau belati. Zhao Li berjanji akan mengangkat Mei Lan menjadi Permaisuri menggantikan Permaisuri yang sudah lama mangkat, namun ambisi para pejabat tinggi dan RENCANA JAHAT para selir lain menghalangi jalannya. Mereka melihat Mei Lan sebagai ancaman, seorang wanita yang terlalu kuat, terlalu pintar untuk sekadar menjadi hiasan istana.

Suatu malam, Zhao Li menemukan Mei Lan terbaring tak berdaya di kamarnya. Racun telah merenggut senyumnya, mengubah kecantikannya menjadi penderitaan yang menyayat hati. Zhao Li murka. Ia berjanji akan membalas dendam, menghancurkan siapa pun yang berani menyakiti Mei Lan. Namun, ia terlambat. Mei Lan MENINGGAL di pelukannya.

Zhao Li, diliputi duka dan amarah, melancarkan pembersihan besar-besaran di istana. Banyak pejabat tinggi dan selir yang dieksekusi, namun dalang sesungguhnya tetap tak terungkap. Ia merasa DIKHIANATI, merasa bodoh karena telah percaya pada orang yang salah.

Bertahun-tahun berlalu. Zhao Li menjadi kaisar yang kejam dan tanpa ampun. Ia memerintah dengan tangan besi, menumpas setiap pemberontakan dengan brutal. Suatu malam, ia menerima surat tanpa nama. Surat itu berisi bukti bahwa kematian Mei Lan bukanlah kecelakaan. Surat itu mengungkap bahwa dalang sesungguhnya adalah… Permaisuri yang baru, LAN HUA, wanita yang selalu tampak lemah dan penurut.

Zhao Li terkejut. Ia tidak percaya bahwa Lan Hua, wanita yang ia percayai, wanita yang ia nikahi untuk mengisi kekosongan hatinya, adalah pembunuh Mei Lan. Ia memanggil Lan Hua ke hadapannya.

Lan Hua, dengan gaun sutra berwarna perak, berdiri tegak di hadapan Zhao Li. Matanya dingin, tanpa penyesalan. "Kau terkejut, Yang Mulia?"

Zhao Li mengepalkan tangannya. "Mengapa? Mengapa kau membunuh Mei Lan?"

Lan Hua tersenyum sinis. "Karena aku mencintaimu. Dan kau mencintai dia. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."

Zhao Li murka. Ia memerintahkan para pengawal untuk menangkap Lan Hua. Namun, Lan Hua tertawa. "Kau pikir kau bisa menangkapku? Aku sudah meracuni dirimu sejak lama. Racun yang perlahan-lahan membunuhmu, sama seperti racun yang membunuh Mei Lan."

Zhao Li terhuyung. Ia merasakan sakit yang membakar di dadanya. Ia menatap Lan Hua, matanya dipenuhi kebencian.

Lan Hua mendekat, berbisik di telinga Zhao Li. "Seorang wanita yang dianggap lemah, bisa menghancurkan sebuah kerajaan." Lan Hua kemudian berjalan dengan anggun meninggalkan Zhao Li yang terbujur kaku di singgasananya.

Di saat terakhirnya, Zhao Li menyadari satu hal: Balas dendam dari yang dianggap lemah adalah yang paling MEMATIKAN.

SEJARAH BARU SAJA MENULIS ULANG DIRINYA SENDIRI…

You Might Also Like: Concrete Construction Magazine And

0 Comments: