Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati Kabut tebal menyelimuti Puncak Canglong, dinginnya merasuk hingga ke tulang. Di balik ...

Dracin Seru: Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati Dracin Seru: Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati

Dracin Seru: Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati

Dracin Seru: Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati

Kau Mencintaiku Lagi, Tapi Aku Sudah Tak Punya Hati

Kabut tebal menyelimuti Puncak Canglong, dinginnya merasuk hingga ke tulang. Di balik tabir abu-abu itu, siluet istana kuno menjulang, menyimpan rahasia yang lebih dingin dari es. Angin berdesir melalui celah batu, membisikkan nama yang lama terbungkam: Lian.

Lian, pangeran yang dianggap gugur dalam pemberontakan sepuluh tahun lalu, kembali. Bukan sebagai pahlawan yang dinanti, melainkan sosok hantu yang menghantui.

Dia berdiri di lorong istana yang lengang, lilin-lilin redup menari-nari, seolah enggan menyoroti wajahnya yang kini dipenuhi garis keras. Di hadapannya, berdiri Permaisuri Xue, wanita yang dulu berjanji setia sehidup semati, kini mengenakan gaun sutra hitam yang kelam.

"Kau kembali, Lian," ucap Permaisuri Xue, suaranya lirih, bagai desahan daun gugur. "Setelah sekian lama."

Lian tersenyum tipis, senyum yang tak mencapai matanya. "Apakah kau senang melihatku, Xue?"

Permaisuri Xue memejamkan mata sejenak. "Kau tahu, Lian. Aku selalu mencintaimu. Bahkan dalam kematianmu sekalipun."

"Benarkah?" Lian melangkah mendekat, aromanya — campuran tanah dan amarah — menusuk hidung Permaisuri. "Cinta seperti apa yang membuatmu naik takhta, menikahi Kaisar, dan melupakan janji kita?"

"Aku melakukan semua ini untuk kerajaan, Lian! Untuk melindungimu!"

"Melindungiku?" Lian terkekeh sinis. "Atau melindungimu sendiri? Pemberontakan itu… kau dalangnya, bukan?"

Permaisuri Xue terdiam, matanya berkilat marah. "Kau gila! Aku tidak mungkin…"

"Oh, tapi kau mungkin, Xue. Kau selalu menginginkan kekuasaan, bukan aku. Aku hanyalah alat untuk mencapainya." Lian mengangkat tangannya, menyentuh pipi Permaisuri Xue dengan lembut. "Kau mencintaiku lagi, aku tahu itu. Tapi sayang, Xue. Aku sudah tak punya hati untukmu."

Permaisuri Xue menatapnya, putus asa terpancar dari matanya. "Apa yang kau inginkan, Lian? Apa yang bisa kulakukan untuk membuktikan cintaku?"

Lian menarik tangannya, berbalik membelakangi Permaisuri. Kabut di luar jendela semakin pekat, menelan cahaya lilin.

"Terlambat, Xue. Semuanya terlambat." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara dingin yang menusuk. "Aku tidak menginginkan apa pun darimu. Aku hanya datang untuk memastikan kau tahu… bahwa semua ini… adalah rencanaku dari awal."

Dia menghilang dalam kabut, meninggalkan Permaisuri Xue terpaku, menyadari bahwa selama ini dia hanyalah pion dalam permainan yang jauh lebih besar. Dan Lian, yang dianggap korban, ternyata adalah dalang yang menarik semua benang.

... DIA TIDAK PERNAH MENCINTAIMU, BUKAN?

You Might Also Like: Agen Skincare Bimbingan Bisnis Online

0 Comments: