Kabut Sungai Kuning menggantung rendah, menyelimuti Lembah Anggrek dengan kerudung perak. Di sanalah, di antara reruntuhan paviliun yang di...

Cerpen: Kau Mencariku Dalam Mimpi, Tapi Aku Hanya Datang Dalam Mimpi Burukmu Cerpen: Kau Mencariku Dalam Mimpi, Tapi Aku Hanya Datang Dalam Mimpi Burukmu

Cerpen: Kau Mencariku Dalam Mimpi, Tapi Aku Hanya Datang Dalam Mimpi Burukmu

Cerpen: Kau Mencariku Dalam Mimpi, Tapi Aku Hanya Datang Dalam Mimpi Burukmu

Kabut Sungai Kuning menggantung rendah, menyelimuti Lembah Anggrek dengan kerudung perak. Di sanalah, di antara reruntuhan paviliun yang dicat ulang dengan kenangan, kita bertemu. Bukan di dunia nyata, tapi di antara selubung mimpi, di mana waktu menari tanpa irama.

Kau, Putri Bulan, dengan gaun sutra selembut embun pagi, matamu memancarkan rindu yang tak terucapkan. Kau mencariku dalam setiap mimpi, memanggil namaku yang terlupakan, menyisir benang-benang takdir yang kusut.

Namun, aku? Aku hanyalah Bayangan Malam, datang bukan sebagai jawaban atas doamu, melainkan sebagai mimpi buruk yang menghantui lelapmu. Aku muncul dalam kilatan pedang yang berlumuran darah mawar, dalam bisikan angin yang membawa ratapan klan yang binasa, dalam setiap tetes air mata yang kau sembunyikan di balik senyummu yang rapuh.

Kau melukis wajahku di atas kain sutra, setiap goresan kuas adalah doa yang terucap. Aku melihat lukisan itu, terasa familiar, seolah aku pernah menghabiskan ribuan musim semi di dekatmu, berbagi teh pahit di bawah pohon persik yang bermekaran. Namun, sentuhan DINGIN lukisan itu membangunkanku – ITU BUKAN WAJAHKU.

Kita terperangkap dalam dimensi waktu yang aneh. Kau hidup di masa lampau yang penuh kemuliaan, aku tersesat di masa depan yang penuh kehancuran. Jembatan mimpi adalah satu-satunya penghubung kita, jembatan yang rapuh dan berbahaya. Setiap kali kau mencoba menyeberang, aku berusaha menjauh, karena sentuhanku hanya akan membawakan kegelapan.

Suatu malam, saat bulan purnama menggantung seperti koin perak di langit beludru, kau menemukanku. Bukan dalam mimpi, melainkan di balik cermin tua yang berdebu di paviliun terlarang. Di sana, bayangan kita tumpang tindih. Aku melihat matamu, bukan mata Putri Bulan yang penuh rindu, melainkan mata seorang JENDERAL PERANG yang penuh luka dan dendam.

PENGUNGKAPAN: Cermin itu bukanlah sekadar cermin. Itu adalah celah waktu. Kau, Putri Bulan, bukanlah orang yang selama ini kucari. Kau adalah reinkarnasi dari musuh bebuyutanku, jenderal perang yang menghancurkan klanku ratusan tahun lalu. Mimpiku bukan tentang cinta, melainkan tentang pembalasan. Mimpi burukku adalah KEBENARAN yang selama ini aku hindari.

Keindahan kisah ini, ironisnya, adalah tragedinya. Cinta yang terasa nyata ternyata hanya ilusi dari dendam yang membara.

"... Darahmu akan membayar utang klanku yang hilang..."

You Might Also Like: Dracin Seru Kau Datang Dengan Sepeda

0 Comments: