Janji yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari Langit Shanghai malam itu memantulkan gemerlap kota ke dalam mata Jing Wei. Gaun sutra merahn...

Ini Baru Cerita! Janji Yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari Ini Baru Cerita! Janji Yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari

Ini Baru Cerita! Janji Yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari

Ini Baru Cerita! Janji Yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari

Janji yang Tak Pernah Ditulis Tapi Diingkari

Langit Shanghai malam itu memantulkan gemerlap kota ke dalam mata Jing Wei. Gaun sutra merahnya bagai kobaran api di tengah keramaian pesta. Senyumnya, SENYUM yang selalu menghiasi wajahnya, malam itu terasa lebih dingin, lebih jauh. Senyum itu, dulu, hanya untuk satu orang: Li Wei, pria yang berdiri beberapa meter darinya, tertawa bersama seorang wanita lain.

Lima tahun lalu, di bawah pohon sakura yang bermekaran di Kyoto, Li Wei berjanji. Janji yang tidak pernah tertulis di atas kertas, tidak terucap dengan lantang di hadapan saksi. Janji yang hanya terukir di hati mereka, terikat oleh tatapan mata yang penuh cinta. Janji untuk selamanya.

Kini, selamanya itu terasa seperti pasir yang mengalir di antara jemari.

Jing Wei menyesap anggurnya, merasakan cairan pahit itu mengalir di kerongkongannya, sama pahitnya dengan kenyataan di hadapannya. Pelukan Li Wei, dulu terasa hangat dan melindungi, kini terasa beracun. Sentuhannya, yang dulu membangkitkan getar bahagia, kini bagai belati yang menusuk jantungnya perlahan.

Dia ingat bagaimana Li Wei menatapnya dulu. Mata yang penuh kekaguman, suara yang lembut, janji-janji yang terucap dengan penuh keyakinan. Kini, mata itu memandang wanita lain dengan tatapan yang sama.

Malam itu, Jing Wei tidak mengamuk. Tidak ada air mata, tidak ada pertengkaran dramatis. Ia tetap berdiri tegak, elegansi seorang putri yang terluka. Ia tahu, kemarahan hanya akan memberikan kepuasan sesaat bagi Li Wei. Balas dendam yang ia rencanakan jauh lebih manis, jauh lebih abadi.

Beberapa bulan kemudian, Li Wei kehilangan segalanya. Perusahaan yang ia bangun dengan susah payah, hancur dalam semalam. Reputasinya, yang ia jaga dengan cermat, tercoreng oleh skandal yang ia sendiri tidak tahu asal muasalnya. Wanita yang bersamanya malam itu, menghilang tanpa jejak.

Jing Wei menyaksikan kejatuhan Li Wei dari kejauhan, dengan senyum yang sama, namun kali ini, tanpa kepalsuan. Ia tidak terlibat secara langsung, tidak ada darah yang tertumpah. Namun, Li Wei tahu, di lubuk hatinya, bahwa Jing Wei-lah dalang di balik semua ini.

Penyesalan Li Wei terasa seperti racun yang lebih mematikan daripada kematian itu sendiri. Ia kehilangan Jing Wei, kehilangan cintanya, kehilangan masa depannya.

Di akhir hidupnya, Li Wei menyadari satu hal yang pahit: Janji yang tidak pernah ditulis, justru menjadi kutukan yang paling kejam.

Jing Wei berdiri di balkon apartemennya, menatap kota Shanghai yang gemerlap. Ia berhasil membalas dendam. Tapi, kemenangan itu terasa hampa. Ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia dapatkan kembali.

Ia tersenyum, senyum yang kini jauh dari kebahagiaan.

Cinta dan dendam... lahir dari tempat yang sama.

You Might Also Like: Panduan Tabir Surya Mineral Lokal

0 Comments: